Night Rider

Sebenarnya saya kurang begitu suka dengan riding malam karena jarak pandang saya menjadi berkurang, belum lagi kalau riding jauh, mata tidak bisa ditahan karena rasa kantuk yg begitu hebat. Namun kemarin malam hari kamis *bukan kamis malam jumat loh ya 🙂 ada urusan di kota kediri yg mengharuskan saya berangkat kesana sore hari, batin saya pastinya pulang malam nih. Tapi yowes lah tidak apa-apa mengingat pentingnya urusan.

Berangkat dari rumah jam 16:30, dipastikan sampai Kediri sejam kemudian atau jam17:30. Tidak lupa saya membawa mantel khawatir kehujanan dan memakai jaket tebal sekaligus pelindung dada berupa tas ditaruh di depan hehehehe karena saya tidak mempunyai pelindung dada.

Dengan si Maxxi Riding kecepatan 70km/jam saya rasa sesuai dengan keadaan sore hari yg nampak ramai. Selama di perjalanan menuju kota nampak ramai dengan orang berbondong-bondong, disetiap melewati pemakaman selalu dipenuhi orang berziarah. Ternyata hari ini masyarakat sedang “megengan” meskipun sebenarnya puasa masih hari sabtu nanti, Megengan adalah tradisi masyarakat jawa dalam menyambut bulan Ramadhan. Megengan diambil dari bahasa Jawa yang artinya menahan. Ini merupakan suatu peringatan bahwa sebentar lagi akan memasuki bulan Ramadhan, bulan dimana umat Islam diwajibkan berpuasa, yaitu menahan untuk tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat menggugurkan ibadah puasa tersebut.

Adapun kegiatannya sangat bermacam-macam sesuai dengan adat daerah setempat, tapi umumnya masyarakat Jawa biasanya berbondong-bondong untuk berziarah kubur, membersihkannya serta menaburi bunga diatasnya dan tidak lupa mendoa’akannya serta ada juga yang membacakan yasin dan tahlil, kemudian masak besar untuk dibagikan kepada sanak famili dan pada malam harinya mengadakan selamatan atau kenduri dengan mengundang para tetangga untuk mendoakan keluarga yang sudah meninggal, ada juga yang selamatan atau kendurinya diadakan bersama-sama oleh seluruh warga setempat dilanggar/mushola.

Sampai di Kediri saya langsung menuju ke rumah teman yg berada di Perumahan Permata Jingga tepatnya di desa Tinalan. Sambil menunggu magrib kami ngobrol-ngobrol dulu untuk menentukan tempat yg akan kami pergunakan untuk berkumpul dengan teman yg lain ba’da maghrib nanti. Akhirnya kami putuskan untuk mencari makan dulu di jalan Dhoho dengan membawa satu motor, Ya pastinya nasi pecel 😀 dengan bumbu kacangnya yg khas serta kemasannya yg unik, daun pisang dilipat sedemikian rupa yg bernama pincuk. isinya standar saja karena sedang tidak ingin banyak lauk..

lapeerr 😀

Setelah acara makan selesai kami pun langsung menuju bunderan Sekartaji yg terletak barat sungai brantas. Segera menghubungi teman-teman yg lain untuk segera berkumpul di depan jalan Sudanco yg ada warung “dadakan” jualan jagung bakar dipinggir jalan tepatnya trotoar. Tidak lama kemudian akhirnya berkumpul dengan teman yg lain.

Setelah urusan dirasa cukup dan diambil kesimpulan, tepat jam 23:00 saya pamit untuk pulang karena sudah larut dan saya khawatir dengan keadaan saya ketika perjalanan terlalu malam. Selama perjalanan begitu sepi kendaraan dan lalu lalang kendaraan roda dua pun jarang, dengan jalanan sepi saya pun tidak berani memacu si Maxxi dengan kecepatan kencang, kecepatan saya hanya 60km/jam dan ditambah kantuk mulai datang dan tentunya angin malam mulai dirasa gak enak dibadan. Alhamdulillah perjalanan saya tempuh 45menit sudah sampai rumah karena jalanan yg sepi dan bebas hambatan.

Pos ini dipublikasikan di Riding dan Kuliner dan tag , , , , , , , . Tandai permalink.

2 Balasan ke Night Rider

  1. touringrider berkata:

    pecel campur.. wah, aq wong kediri eh wong Madiun ding, ra doyan sama sambel tumpang’e.

Tinggalkan Balasan ke omanfaqod Batalkan balasan